October 07, 2012

Nrimo Ing Pandum dan Konco Wingking


Seputar Perempuan: Nrimo Ing Pandum dan Konco Wingking


Erich Fromm
Erich Fromm dalam salah satu buku terkenalnya "Seni Mencinta" (The Art of loving) pernah berkata bahwa antara mencintai dengan dicintai harus tercapainya two way traffic communication. Ketika engkau memanggil, aku akan hadir dihadapanmu. Begitu juga sebaliknya, aku berani tampil ketika engkau membutuhkanku. Aku dan engkau bersama dalam "kita'. Aku dan engkau bagaikan adonan roti yang sulit untuk terpisahkan karena tumbuhnya fidelity (kesetiaan), disponibility (kesiap-sediaan) dan engagement (keterlibatan satu sama lain) dalam suka dan duka, dalam untung dan malang. Cinta akan terus mengalir walau harus mengarungi dua dunia yang berbeda. Kematian bukan hal yang harus ditakuti, namun kematian dari rasa cinta lah yang menjadi momok yang paling menakutkan. Mencintai tanpa pernah dicintai adalah suatu kemalangan. Dicintai tanpa pernah mencintai adalah sebuah eksploitasi atau penindasan.

Kahlil Gibran

Masih adakah rasa cinta diantara kita. Cinta menjadikan seseorang tetap bertahan meskipun telah kehilangan segalanya. Kita sering melihat gelandangan dan pengemis saling besenda gurau di sore hari di bawah kolong jembatan penuh rasa ceria, meski mereka tak mampu menundukkan dunia.Dunia tidak berfihak kepada mereka, tapi mereka masih tetap bertahan karena adanya cinta diantara mereka. "Dan biarkan cinta, manusia dan yang papa memimpin hari yang akan tiba", begitu harapan Kahlil Gibran dalam "Dewa-dewa Bumi".

Kehadiran seorang perempuan dalam kehidupan laki-laki adalah sebuah keniscayaan. Ibu dan istri adalah dua tokoh kunci bagi kehidupan seorang laki-laki. Mereka hadir bagai air penyejuk di tengah kerontangnya kehidupan di dunia ini yang penuh dengan dialektika dan romantika. Mereka menjadi saksi hidup perjalanan jatuh-bangunnya sesosok laki-laki. Seorang Sabam Sirait merasa tetap menjadi pahlawan bagi istrinya meskipun dia kalah dalam debat di parlemen. Kehadiran seorang ibu bagi seorang Virgiawan Listanto bagai udara segar yang memberi nyawa bagi perjalanan kariernya. Kasih sayang seorang istri menjadikan seorang Kusni Kasdut tegar dalam menghadapi hukuman mati. Sumber cinta bagi seorang laki-laki adalah perempuan. Perempuan yang selalu nrimo ing pandum dan sumarah memiliki kekuatan dan keperkasaan yang sewaktu-waktu dibutuhkan laki-laki. Perempuan tidak hanya "konco wingking" yang hanya meladeni makan-minum (dapur), making love (kasur), namun lebih dari itu. Penyejuk dan penyemangat. Maka mari kita hargai perempuan sebagaimana kodratnya. Perempuan bukan makhluk kelas dua setelah laki-laki. Perempuan pun bukan "orang hitam" seperti dalam lagu John Lennon "women is the nigger of the world' dalam double fantasy.     

    

No comments:

Post a Comment