December 13, 2012

Cak Imin, Rhoma Irama dan Republik Dangdut

Analisa Ringan tentang Cak Imin, Rhoma Irama dan Republik Dangdut

Belum pernah sebelumnya Cak Imin dan Rhoma Irama begitu dekat seperti saat ini. Suksesi kepemimpinan di negeri ini yang akan diselenggarakan pada tahun 2013 rupanya menjadikan keduanya saling merapat demi tercapainya cita-cita bersama. Siapa yang mendahului merapat adalah tidak perlu dipersoalkan karena keduanya merupakan 2 figur besar di negeri ini yang tak terbantahkan. Cak Imin atau Gus Imin adalah panggilan akrab dari A. Muhaimin Iskandar yang kini menjadi orang nomer satu di PKB dan di Departemen tenaga Kerja dan Transmigrasi saat ini. Sedangkan Rhoma Irama adalah Raja Dangdut yang terkenal dengan lagu-lagunya seperti Begadang, Darah Muda, Penasaran, Rupiah, Lari Pagi, Adu domba, etc. Cak Imin merupakan Ketua Umum PKB pusat yang notabene memiliki massa kaum Nahdiyin (NU) yang kental dengan budaya pesantrennya yang tradisional. Sementara Rhoma Irama pemimpin group Soneta yang mengusung jenis irama dangdut yang pada mulanya sering dianggap musik kampungan oleh sebagian orang yang antipati. Meski demikian, seiring dengan perjalanan waktu, penggemar musik dangdut tidak hanya berasal dari kalangan masyarakat bawah saja, namun kalangan gedongan pun lambat laun menyukainya. Lirik dan lagu dangdut dari Rhoma Irama selain enak didengar (easy listening), juga sangat menyentuh di hati masyarakat bawah.



Dari titik ini, kemungkinan besar antara Cak Imin dan Rhoma Irama memiliki alasan yang cukup (the sufficient reason) untuk menyamakan visi dan misi menuju kemakmuran umat dan bangsa di negeri ini yang sedang sakit akibat krisis moral, krisis kepemimpinan dan fenomena korupsi yang "cetar membahana" (istilah baru dari Syahrini). Tentu saja banyak alasan lainnya yang tidak kalah krusialnya yang mereka berdua miliki. Yang jelas Cak Imin bilang bahwa jangan pandang sebelah mata terhadap Rhoma Irama karena biasanya yang dipandang sebelah mata itu baik. begitulah kira-kira.

Jika "koalisi" yang harmonis ini terus berlanjut hingga hari H-nya Election Day, maka bekal kemenangan sudah di tangan karena separoh saja jumlah kaum Nahdiyin suaranya bisa diraih, ditambah dengan jumlah suara penggemar fanatik Rhoma Irama di senatero negeri ini, sudah cukup menuju kursi kepresidenan. Analisa sederhana ini memang perlu dikaji ulang karena tidak disertai dengan data statistik yang sahih. Apalagi masalah dukung-mendukung adalah masalah hati dan "mood" yang bisa saja bergeser dan berubah. Pro dan kontra, suka dan benci batasnya tipis sekali setipis kulit bawang. Hari ini kita mencintai seseorang setengah mati, besok malah kita membencinya. Seingat saya ketika aktif sebagai Wakil Ketua Litbang di PMII Komisariat Universitas Gadjah Mada dimana Cak Imin sebagai Ketua Komisariat-nya pada tahun 1989, tak pernah kelihatan beliau menyetel lagu dangdut Rhoma Irama di Gubuk Peceng, tempat kost-nya. malah yang sering terdengar adalah lagu "Sebuah Obsesi" yang dinyanyikan oleh Neno Warisman dan Fariz RM. Terlepas dari hal tersebut, Mudah-mudahan kedekatan Cak Imin dan Rhoma Irama memberi nuansa lain bagi perbaikan dan kemajuan negeri ini di masa datang. Indonesia menjadi Republik Dangdut atau Republik Nahdiyin yang membuat rakyatnya selalu gembira dan bahagia karena terciptanya baldatun thoyyibatun warobbun ghofuur atau negara utopis seperti Thomas More katakan. Udah ach ngantuk nich. Jangan lupa baca juga postingan ane sebelumnya tentang Dunia Marketing. Wallohulmuwaffiq ila aqwamitthooriq. wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh. 
     

No comments:

Post a Comment