Filsafat Hedonisme Membuahkan Kehancuran Diri

Filsafat Hedonisme adalah pandangan filosofis yang mengagungkan kenikmatan ragawi ketimbang kenikmatan batiniah. Pada mulanya pandangan ini dikumandangkan oleh Epicurus dan aliran Stoa (nek salah silahkan anda luruskeun...lha wong saya nulis seingat-ingat yang ada dalam memory waktu kuliah dulu di Filsafat UGM 20 tahun yang lalu. Biar jenengan sing ngerti bisa ngasih komentar gitu lho). Epicurian ini senangnya ya foya-foya, nge-sex, makan-minum yang enak-enak aja, karena itu tujuan hidup menurut mereka. Lalu, zaman saiki ada yang gitu? wealah akeh mas, aku juga senang sich gaya hidup begitu, cuman aktualisasi kagak tega. Apalagi sarana dan prasarana tidak mendukung...hahahaha. cuman kalau penganut hedonisme mah sungguh t e r l a l u...!! Hingga pada akhirnya, jadi budak nafsu, kemaruk, comot sana-comot sini, kadang kala "nyuri" ya , kayak sebagian pejabat kita ini. Akhirnya, karena ada temannya yang gak dikasih hasil curiannya, ya dia "nyanyi", atau masih ada teman lainnya yang lurus-lurus saja, hingga akhirnya ciloko, kena pasal korupsi..! Baru nyahok...!
Lalu tulisan ini dimana intinya? malah ngawur. Jadi begini, si Herbert Marcuse bilang kayak di atas beberapa puluh tahn yang lalu dalam buku terkenalnya "Eros and Civilization", karena melihat bahwa manusia udah hilang jati dirinya, Manusia lebih dekat dengan pekerjaannya, dengan impiannya, dengan mesin-mesin di sekelilingnya, dengan gedung-gedung, pabrik-pabrik ketimbang dengan manusia lainnya. Manusia modern jadi "lupa daratan" alias kurang mengenal manusia lainnya, lingkungan dan "Esensi Tertinggi", bahkan lebih jauh tidak mengenal dirinya sendiri alias terasing, teralienasi bin gila. Lebih dari sakit. Lalu dimana relevansi sakit dengan hedonisme? Ya itu tadi, karena sudah gila secara batin,spirital, akhirnya lari ke hal-hal tadi: umbar berahi, mewah-mewahan, cari dunia lain yang lebih asyik padahal palsu kayak konsumsi narkoba, miker, etc. Tapi itu kagak lama, karena keburu ketangkap, kasus korupsi, mati tidak normal, pokoke sing aneh-aneh lah.
Dimana peran agama dan filsafat? Jelas, vital dan urgent. Agama mengajak orang untuk kembali ke jalan yang benar. Makanya ustad-ustad, habib-habib dan pendeta sekarang ini laku keras. Bahkan setiap ustad dan pendeta punya segmen dan ciri khas sendiri. Ada ustad khusus zikir, khusus sodaqoh, khusus pengobatan, ada pendeta khusus penyembuhan, etc. Ya bagus, biar umat manusia tidak kesasar lebih jauh. Lalu Filsafat? ya ngono, nyuruh orang kontemplasi/merenungkan diri dari mana asal dirinya dan mau kemana dirinya pergi. danuntuk apa makna hidup di dunia ini. gitu khan? Siapa aku? Untuk apa aku hidup? Aku ini punya siapa? lha itu lagunya Januari Cristy. Pokoknya pendidikan agama dan filsafat harus diajarkan sejak dini dech, kalau pendidikan budi pekerti dihapus dan tak ada policy untuk dihidupkan kembali. Udah ya gombal-gambulnya, mau tidur dah ngantuk.. baca juga tuh tulisan ane tentang chauvinisme, so pasti asyik.
Hi, I am from Australia.
ReplyDeleteYes civilization is well and truly sick.
Please find a unique Understanding of the depth of this sickness, how we got to here, and what, if anything can be done about it.
www.ispeace723.org
www.dabase.org/not2.htm
www.beezone.com/news.html
www.aboutadidam.org/readings/bridge_to_god/index.html
www.adidaupclose.org/Art_and_Photography/rebirth_of_sacred_art.html
www.beezone.com/whiteandorangeproject/index.html
www.dabase.org/up-1-2.htm
Metaphysics
www.dabase.org/Reality_Itself_Is_Not_In_The_Middle.htm
jadi mellow gini setelah baca artikel ttg hedon, wahai para pemuja hedonisme segeralah pertebal keimananmu untuk meninggalkan aliran yang selama ini kau puja-puja
ReplyDelete*ustad mode on